Berat badan anak mengindikasikan pola makan dan asupan gizi anak. Jika berat badan tak sesuai umurnya, pertanda ada yang keliru dengan pola makan dan asupan gizi anak. Setiap bulan, berat badan anak dipantau melalui Kartu Menuju Sehat (KMS).
Grafik pada KMS menjadi acuan untuk mengetahui status gizi bayi. Jika berat badan berada antara angka 0 sampai 2, anak berstatus gizi baik. Jika lebih, anak mengalami obesitas. Jika berat badannya antara 0 sampai -2, anak termasuk kurus, sementara jika di bawah garis -2 maka anak mengalami gizi buruk. Namun meski berada antara 0 dan 2, jika grafiknya tetap mendatar atau menurun, maka dapat diindikasikan status gizi anak mengalami persoalan.
“Dalam KMS sepanjang pertumbuhan anak masih dalam garis hijau, pertumbuhannya baik. Kalau mendatar atau menurun, ia mengalami kekurangan gizi,” kata Prof. Ali Khomsan, Guru Besar Pangan dan Gizi IPB di sela-sela Pelatihan Kelas Kader Posyandu Peduli Tumbuh Aktif tanggap (TAT) di Pendopo Gubernur Nangroe Aceh Darussalam, Selasa (19/3).
Pemberian ASI eksklusif pada usia 6 bulan pertama merupakan pedoman umum pemberian gizi seimbang untuk seorang anak. Setelah itu pemberian ASI dilanjutkan bersama makanan tambahan setidaknya hingga anak berusia 2 tahun. Makanan yang diberikan pun harus disesuaikan dengan usia anak. “Lambung anak masih dalam proses pertumbuhan.Anak belum bisa makan banyak, jadi harus diberikan sedikit demi sedikit tapi lebih sering,” kata Ali.
Saat ini Angka gizi buruk di Indonesia masih cukup besar, sebesar 17%. Namun angka ini lebih baik dibanding 3 tahun lalu yang sebesar 18,5 persen. Ali mengakui, penurunan angka gizi buruk ini terhitung lambat. Makanya ia melihat pentingnya pemberdayaan Posyandu di Indonesia. “Kalau Posyandu optimal, harapannya penurunan kurang gizi ini lebih optimal lagi,” katanya